Kamis, 10 Maret 2011

DRAMA

Mencipta Teater Berdasarkan Naskah

Oleh: R Giryadi

Riwayat teater bermula dari upacara-upacara pemujaan keagamaan di Yunani sekitar 500 tahun sebelum Masehi. Dari upacara-upacara keagamaan inilah pertumbuhan drama/teater mulai muncul. Upacara-upacara keagamaan pada saat itu menggunakan topeng-topeng yang menggambarkan roh nenek moyang. Dan masing-masing orang memerankan atau merasuki roh nenek moyang yang dimaksud.  Dari situlah, pola-pola seni pertunjukan terbentuk.
Nah, seiring perkembangan pemikiran manusia, cerita-cerita tentang mythos roh nenek moyang terus hidup. Namun lambat laun mythos pun juga tergusur seiring dengan munculnya nilai-nilai baru. Agama atau upacara-upacara lambat laun juga terpisah. Demikian juga fungsi aktor dan pendeta juga terpisah. Inilah yang kemudian oleh Oscar G. Brockett  disebut ‘the material for drama’.
Namun kunci untuk memahami asal-usul teater terdapat pada tulisan-tulisan Aristoteles. Menurut Aristoteles, manusia mempunyai naluri untuk meniru, dan manusia juga senang meniru orang lain, dan juga senang melihat hasil tiruannya. Aristoteles menekankan: peniruan merupakan metode ajar manusia dalam memahami duniannya.
Aristoteles dalam bukunya yang berjudul Poetics mengatakan, plot (jalan cerita) adalah peniruan terhadap lakon (action). Waktu seseorang menulis naskah drama atau membacanya, menonton naskah tersebut dipentaskan, pada dasarnya orang tersebut melakukan peniruan, baik secara khayali ataupun secara jasmani terhadap lakon.
Adanya plot atau jalinan peristiwa-peristiwa kalau ditelaah lebih jauh ternyata merupakan akibat dari adanya kegiatan yang terarah dari salah satu atau beberapa tokoh cerita  (tokoh utama). Dari awal sampai akhir cerita tersebut terjalin peristiwa dan bahkan dari berbagai anak kisah. Naskah drama sebagai cerita memiliki hal-hal yang sama, yaitu awal dan akhir cerita.
Pertunjukan teater/drama disebut pula sebagai tontonan yang ephemeral, artinya bermula suatu malam dan berakhir pada malam yang sama. Karena peristiwa yang ditampilkan di pentas itu bisa menggambarkan kejadian yang berlangsung dalam jangka waktu lama, maka harus jelas karakteristik mana bagian awal, bagian tengah dan bagian akhirnya.
Dalam pementasan suatu drama, unsur utama yang dapat menghidupkan naskah lakon di atas pentas adalah laku (action), atau sering disebut gerak laku. Nilai dramatik  yang terkandung di dalamnnya diperoleh oleh laku tersebut, sedangkan laku dapat muncul karena adanya konflik dalam lakon.
Dalam seni drama, suasana akan lebih hidup, lebih bergerak, dan lebih dinamis apabila didalamnya terdapat konflik dan benturan-benturan. Dalam setiap drama yang baik pasti di dalamnnya ada masalah yang dengan sendirinya akan melahirkan konflik.
Karena itulah hakekat seni drama adalah pengungkapan dalam bentuk laku (action) segala gejala psikis (kemampuan kejiwaan) yang terkandung dalam diri manusia setelah mendapat rangsangan dari konflik-konflik.
Lakon sebagi suatu karya teater/drama belumlah lengkap sebagai suatu karya seni teater, sebelum lakon tersebut dipentaskan di atas panggung atau divisualkan, yaitu diperagakan secara visual di atas panggung.
Sementara itu untuk bisa mengungkapkan bentuk visual pertunjukan, seseoarang perlu mengenal dramaturgi. Dramaturgi, merupakan ilmu yang mengumkapkan seluk beluk lakon untuk dapat dipertunjukan atau divisualkan dalam ujud peragaan di atas panggung.
Naskah Teater
Dalam mempersiapkan sebuah pertunjukan, naskah lakon salah satu materi utama yang berperan sebelum sampai ke tangan para sutradara dan para aktor. Naskah dapat berdiri sendiri sebagai karya sastra (bahan bacaan) ia berdiri sebagai teks yang bebas ditafsir oleh pembacanya. Namun ketika naskah akan dipentaskan ia akan melalui proses interpretasi dalam format yang khusus.
Naskah drama/teater berasal dari penulis naskah (playwright). Ia disebut sebagai seniman (sastrawan), sedang para pemeran, sutradara, produser, penata pentas dan lainnya disebut sebagai interpretative artists.
Lakon adalah hasil karya sastra yang berupa cerita dan disusun untuk keperluan pementasan dan pertunjukan. Sebuah lakon yang bagus adalah apabila lakon tersebut  baik dari segi tema, isi cerita maupun daya panggung (daya untuk dipentaskan).
Naskah yang akan dipentaskan biasanya melalui dua intansi, penulis naskah dan sutradara baru kemudian pemeran (aktor), dan pekerja artistik lainnya. Dari penulis, naskah menawarkan ide. Malaui sutradara, naskah ditafsirkan dan diberikan kepada pemeran dan pekerja artistik lainnya untuk ditafsirkan lagi. Namun, biasanya, sutradara memiliki peran utama untuk memberikan arahan dalam menafsirkan naskah.
Bagi seorang sutradara,pemilihan lakon juga bukan sekedar memilih isi cerita dan temanya saja. Tetapi juga apa yang merangsang dirinya, jika lakon tersebut, harus tergambar adanya kemungkinan diperagakan secara visual.
Dalam menyusun naskah, pengarang harus memperhatikan nilai dramatik naskah tersebut. Karena itu, seorang penulis naskah lakon setidaknya mengerti tentang seni pertunjukan. Karena, seorang penulis naskah perlu bisa membayangkan/ menggambarkan secara visual naskah yang dibuatnya.
Sebuah naskah lakon secara teknis harus sudah disusun dengan mempertimbangkan masalah yang diperlukan untuk dapat dipertunjukan. Disamping itu, harus disusun pula bentuk dialog (pecakapan), yang bukan sekedar mejalankan cerita, tetapi harus dapat menggambarkan watak para pendukung cerita. Dialog yang diucapkan pemain harus dapat memberi gambaran tentang watak pemain tersebut.
Dalam suatu pementasan naskah lakon masalah utama yang didapati sutradara dengan awak pentas ialah bagaimana medium verbal sastrawan dapat diterjemahkan dan bahkan diperkuat daya ungkapnya dengan media audio visual, kinetik, dan verbal dalam menyampaikan nilai-nilai pengalaman itu dalanm wujud secara visual.
Naskah yang baik, dapat dikatakan bila naskah itu kaya dengan ide-ide, baik dilihat dari sudut filsafat, sosial, kultural, puitis dan asli bukan tiruan. Dari ide-ide yang ditawarkan penulis naskah, ada perjalanan penafsiran, ada perjalan kreatif yang harus ditempuh untuk mewujudkan (mevisualisasikan) teks-teks dalam naskah (lakon).
Seorang penulis naskah akan menuangkan ide-ide  ceritanya menurut dorongan dalam visi artistiknya, dengan berbagai kecenderungan bentuk dan gayanya.  Mungkin mereka akan melahirkan naskah-naskah konvensional, dengan segala tertib teknisnya, tetapi mungkin pula ia melahirkan naskah-naskah eksperimental dengan sosok bentuk yang lebih bebas.
Memilih Naskah
Sebelum pentas, seorang sutradara atau produser pementasan akan melakukan pemilihan naskah yang akan dipentaskan. Pemilihan naskah ini bisa merupakan jawaban dari obsesi artistik tertentu atau bisa juga obsesi dari tema tertentu yang kontekstual dengan zaman.
Bagi kelompok teater yang tidak mempunyai penulis naskah sendiri, mereka akan melakukan observasi beberapa naskah yang dirasakan cocok untuk dipentaskan. Begitupun, naskah yang akan dipentaskan masih harus disesuaikan dengan kondisi SDM. Karena itu bagi kelompok teater yang tidak memiliki penulis naskah, perlu melakukan pengkajian secara seksama tentang naskah yang akan dipentaskan.
Mementaskan teater dengan naskah yang sudah tersedia memiliki kerumitan tersendiri terutama pada saat hendak memilih naskah yang akan dipentaskan. Naskah tersebut harus memenuhi kreteria yang diinginkan serta sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan oleh sutradara dalam memilih naskah, seperti tertulis di bawah ini.
  • Sutradara menyukai naskah yang dipilih
  • Sutradara merasa mampu mementaskan naskah yang telah dipilih.
  • Sutradara wajib mempertimbangkan sisi pendanaan secara khusus.
  • Sutradara mampu menemukan pemain yang tepat. Sutradara harus mampu mengukur kualitas sumber daya pemain yang dimiliki dalam menentukan naskah yang akan dipentaskan.
  • Sutradara mampu tetap mementaskan naskah yang dipilih. Sutradara dengan segenap kemampuannya harus mampu meyakinkan pemain dan mengusahakan pertunjukan agar tetap digelar sehingga proses yang telah dilakukan tidak menjadi sia-sia.
Membuat naskah lakon sendiri tidak menguntungkan karena akan memperpanjang proses pengerjaan. Akan tetapi berkenaan dengan sumber daya yang dimiliki, membuat naskah sendiri dapat menjadi pilihan yang tepat.
Untuk itu, sutradara harus mampu membuat naskah yang sesuai dengan kualitas sumber daya yang ada. Naskah semacam ini bersifat situasional, tetapi semua orang yang terlibat menjadi senang karena dapat mengerjakannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Langkah Menulis Naskah Lakon.
  • Menentukan tema. Tema adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan disampaikan oleh pengarang kepada penonton. Tema, akan menuntun laku cerita dari awal sampai akhir.
  • Menentukan persoalan. Persoalan atau konflik adalah inti dari cerita teater. Tidak ada cerita teater tanpa konflik. Oleh karena itu pangkal persoalan atau titik awal konflik perlu dibuat dan disesuaikan dengan tema yang dikehendaki.
  • Membuat sinopsis (ringkasan cerita). Sinopsis digunakan pemandu proses penulisan naskah sehingga alur dan persoalan tidak melebar.
  • Menentukan kerangka cerita. Kerangka cerita akan membingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir. Kerangka ini membagi jalannya cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks sampai penyelesaian.
  • Menentukan protagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawa laku keseluruhan cerita. Dengan menentukan tokoh protagonis secara mendetil, maka tokoh lainnya mudah ditemukan. Menulis lawan dari sifat protagonis maka karakter antagonis dengan sendirinya terbentuk. Jika tokoh protagonis dan antagonis sudah ditemukan, maka tokoh lain baik yang berada di pihak protagonis atau antagonis akan mudah diciptakan.
  • Menentukan cara penyelesaian. Akhir cerita yang mengesankan selalu akan dinanti oleh penonton. Oleh karena itu tentukan akhir cerita dengan baik, logis, dan tidak tergesa-gesa. 
Struktur Naskah
Dalam menyusun naskah lakon, seorang pengarang secara teknis perlu memperhatikan masalah-masalah berikut:
  1. Watak-watak pendukung cerita lengkap dengan karakteristik dari tokoh yang dicipta.
  2. Adegan cerita yangh disusun.
  3. Benturan-benturan konflik yang menyebabkan jalan cetia mempunyai nilai dramatik, baik konflik di antara tokoh-tokohnya maupun konflik antara persoalannya.
  4. Tempo, irama, harmoni, keseimbangan di dalam alur cetria secara keseluruhan.
Semua unsur di atas diolah sehingga menghasilkan suatu bentuk cerita yang dapat dengan mudah diperagakan secara visual dan dipertunjukan. Secara teknis lakon tersebut memenuhi persyaratan untuk dapat dipertunjukan.
Sementara itu dalam menulis naskah lakon juga perlu memperhatikan struktur naskah. Dr. Boen S. Oemarjati, menyebutnya sebagai struktur lakon. Menurutnya struktur lakon itu terdiri dari: (a). Pemaparan, (b). Penggawatan, (c). Klimaks, (d). Peleraian/anti klimaks, (e). Penyelesaian/konklusi.
  1. Pemaparan
Yang menggambarkan tentang tempat, kejadian dab wataj, mood dan kemungkinan-kemungkinan tentang kadar kenyataan. Pada bagian ini menuntun plot ke sutau titik di mana konflik atau isu awal menjadi jelas.
  1. Penggawatan
terdiri atas serangkaian komplikasi. Komplikasi adalah unsur yang dimaksukkan ke dalam drama yang akan mengyubah arah gerak drama itu. Pada bab ini ditemukan informasi baru, oposisi pemeran lainhyang tak terduga-duga, dan lain-lain.
Komplikasi ini berfungsi  untuk mempersempit kemungkinan-kemungkinan gerakan dan untuk menciutkan suspence.
  1. Klimaks
Sumber utama penggawatan atau komplikasi adalah penemuan (discovery). Dalam bab ini muncul suatu masalah yang sebelumnya tidak diketahui. Penemuan ini akan memberikan jawaban terhadap ‘major dramatic question’ atau dengan istilah lain disebut ‘plot sacra’ atau klimak. Disinilah krisis nilai dipertaruhkan.
Klimak menggambarkan bentrikan atau konflik puncak, antara tokoh cerita dan persialan yang dihadapi yang merupakan puncak persoalan dengan konflik yang ada.
  1. Peleraian/anti klimaks
Pada bab ini menguraikan pemecahan persoalan (di sini cerita mulai menurun) dan memperlihatkan dengan jelas pemecahan masalah.
  1. Penyelesaian/konklusi
Simpulan dari akhir cerita. Biasanya diakhir cerita penulis naskah memberikan jawaban, apa yang akan dan harus terjadi setelah semua fakta dibeberkan. Di dalam jawabannya harus terpenuhi pengertian-pengertian lengkap dan kepuasan.
Naskah drama bentuk dan usunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau novel. Naskah cerita pendek atau novel berisi cerita lengkap dan langsung tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sebaliknya, naskah drama tidak mengisahkan cerita secara langsung. Penentuan ceritanya diganti dengan dialog para tokoh. Jadi, naskah drama itu mengutamakan ucapan-ucapan atau pembicaraan para tokoh. Dari pemhicaraan para tokoh itu penonton dapat menangkap dan mengerti seluruh ceritanya.
Pemain drama dibagi dalam babak demi babak. Setiap babak mengisahkan peristiwa tertentu. Peristiwa itu terjadi di tempat tertentu, dalam waktu tertentu, dan suasana tertentu pula. Misalnya drama itu terdiri dan tiga babak, berarti babak I, babak II dan babak III. Tiap-tiap babak menggambarkan peristiwa yang berbeda. Begitu pula tempat, waktu dan suasananyapun berbeda. Dengan pembagian seperti itu, penonton memperoleh gambaran yang jelas bahwa setiap peristiwa berlangsung di tempau. waktu, dan suasana yang berbeda.
Untuk memudahkan para pemain drama, naska drama ditulis selengkap-lengkapnya, bukan saja berisi percakapan, melainkan juga disertai keterangan atau petunjuk. Petunjuk itu misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-benda peralatan yang diperlukan setia bahak, dan keadaan panggung setiap babak. Juga tentang bagaimana dialog diucapkan, apakah dengan suara lantang, lemah atau dengan berteriak. Pendek kata, naskah drama itu benar-benar sudah lengkap dan sudah siap dimainkan dipanggung.
Menganalisis Naskah
Menghadapi sebuah naskah, mula-mula secara kasarnya kita mencoba mencari apa yang disebut ‘dramatic material’, yaitu segala sesuatu yang ada di dalammnya atau disarankan naskah, seperti; ucapan-ucapan, watak, tata pentas, ide-ide dan lain-lain. Bahan-bahan dramatik ini lalau kita golongkan pada apa yang disebut ‘nilai-nilai’ untuk para penonton.
Menurut Henning Nilms (Max Arifin, 1980), nilai-nilai itu dibagi dalam tiga macam
  1. Nilai-nilai intelektual; yang mengemukankan ide-ide baru atau mempertahankan yang lama dalam bentuk yang lebih impressif. Ide yang ada di belakang drama adalah nilai-nilai falsafi, umpamanya suatu pandangan moral; bahwa setiap kejahatan mesti ada balasannya.
  2. Nilai-nilai emosional. Nilai-nilai ini bisa menggerakan penonton untuk bisa tertawa atau menangis. Nilai-nilai ini tidak membutuhkan pemahaman tapi dirasakan dan mungkin memerlukan expresi yang mendetail dan halus.
Dalam banyak drama penonton ikut terlibat dalam imajinasinya dengan pengalaman-pengalaman para pemain/pemeran. Keterlibatan ini menghasilkan emosi-emosi dan ini adalah salah satu daripada daya tarik utama dari teater.
  1. Nilai abstrak. Nilai ini mememberikan rasa senang memalui keindahan, kehalusan atau hal-hal estetik lainnya. Pentas yang indah yang menarik pandangan, sajak, suara yang halus yang menarik pendengaran, dan lain-lain.
Menganalisis lakon adalah salah satu tugas utama sutradara. Lakon yang telah ditentukan harus segera dipelajari sehingga gambaran 100% lengkap cerita didapatkan. Dengan analisis yang baik, sutradara akan lebih mudah menerjemahkan kehendak pengarang dalam pertunjukan.
Analisis dasar adalah telaah unsur-unsur pokok yang membentuk lakon. Dalam proses analisis ini, sutradara memepelajari seluruh isi lakon dan menangkap gambaran lengkap lakon seperti apa yang tertulis. Jadi, dalam tahap ini sutradara hanya membaca kehendak pengarang melalui lakonnya. Unsur-unsur pokok yang harus dianalisis oleh sutradara adalah senagai berikut.
  1. Pesan Lakon
sutradara wajib menemukan pesan utama dari lakon yang telah ditentukan. Apa yang hendak disampaikan oleh pengarang melalui naskah lakon disebut pesan. Romeo and Juliet karya Shakespeare mengandung pesan bahwa seseorang yang telah menemukan cinta sejati tidak takut terhadap risiko apapun termasuk mati.
  1. Konflik dan Penyelesaian
Penting mengetahui dasar persoalan (konflik) dalam sebuah lakon karena hal tersebut akan membawa laku aksi para tokohnya. Ini akan memberi sudut pandang bagi sutradara dalam melihat, menilai, dan memahami konflik lakon.
  1. Karakter Tokoh
Analisis karakter tokoh sangat penting dan harus dilakukan secara mendetil agar sutradara mendapatkan gambaran watak sejelas-jelasnya. Analisis karakter ini harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati sehingga setiap perubahan karakter yang dialami oleh tokoh tidak lepas dari pengamatan sutradara.
  1. Latar Cerita
Gambaran tempat kejadian, peristiwa, dan waktu kejadian harus diungkapkan dengan jelas karena hal ini berkaitan dengan tata artistik.
Menjadi Sutradara
Pada mulanya pementasan teater tidak mengenal sutradara. Pementasan teater muncul dari sekumpulan pemain yang memiliki gagasan untuk mementaskan sebuah cerita. Kemudian mereka berlatih dan memainkkannya di hadapan penonton. Sejalan dengan kebutuhan akan pementasan teater yang semakin meningkat, maka para aktor memerlukan peremajaan pemain.
Para aktor yang telah memiliki banyak pengalaman mengajarkan pengetahuannya kepada aktor muda. Proses mengajar dijadikan tonggak awal lahirnya “sutradara”. Dalam terminologi Yunani sutradara (director) disebut didaskalos yang berarti guru dan pada abad pertengahan di seluruh Eropa istilah yang digunakan untuk seorang sutradara dapat diartikan sebagai master.
Sutradara mempunyai tugas sentral yang berat dalam sebuah pementasan tidak hanya akting para pemain yang diurusnya, tetapi juga kebutuhan yang berhubungan dengan artistik dan teknis. Musik yang bagaimana yang dibutuhkan, pentas seperti apa yang harus diatur, penyinaran, tata rias, kostum, dan sebagainya, semuanya diatur atas persetujuan sutradara. Oleh karena itu sutradara harus menguasai semuanya.
Penyutradaraan berhubungan dengan kerja sejak perencanaan pementasan, sampai pementasan berakhir. Dalam drama tradisional dan wayang sutradara “dalang”. Tugas sutradara drama modern melatih, mengkoordinasikan aktor/aktris, juga memimpin urusan unsur pentas seperti penata lampu, penata pentas, penata musik, penata rias, penata pakaian, dekorator, dan petugas lainnya.
Sejarah Timbulnya Sutradara
Dalam drama tradisional, kurang lebih dua abad yang lalu, belum ada sutradara. Dalam drama tradisional di Indonesia, masing-masing aktor bermain improvisasi. Yang ada hanyalah manajer dan produser. Dalam perkembangan kedudukan sutradara, beberapa kejadian penting dapat dicatat, yaitu sebagai berikut.
a. Pada saat Saxe Meiningen mendirikan rombongan teater di Berlin, pada tahun 1874-1890. Saat itu dipentaskan 2591 drama di wilayah Jerman. Kemudian mengadakan tour ke seluruh Eropa. Dengan peristiwa itu, dirasa kebutuhan akan adanya sutradara yang mengkoordinasikan pementasan-pementasan.
b. Gurdon Craig (1872), putra Ellen Terry mempelopori penyutradaraan sehingga namanya sangat terkenal. Sampai kini, nam Craig dipuja sebagai sutradara genius. Dia dinyatakan sebagai sutradara yang memaksakan gagasannya kepada aktor/aktris. Melalui dirinya diperkenalkan seniman teater baru yang disebut sutradara.
c. Constantin Stanilavsky (1863-1938) merupakan sutradara Rusia yang terbesar. Ia mendirikan “Moscow Art Theater”. Dengan penyutradaraannya, dihilangkan sistem bintang, dan ia merupakan pelopor penyutradaraan yang mementingkan sukma.
Tugas Sutradara
Sebelum membahas lebih jauh tentang tugas-tugasnya, maka sutradara harus mengerti hal-hal yang berhubungan dengan pementasannya, misalnya:
1. Arti pementasan dan mengapa kontruksi pementassan harus disusun rapi.
2. Mengerti sikap karakter dan juga peranannya di dalam pementasan.
3. Mengerti bagaimana scene yang dibutuhkan, kostum, dan peralatan lampu yang sesuai.
4. Mengerti latar belakang pengarang naskah, periode pementasan, gambaran lingkungan
danjuga gambarab audience yang akan menyaksikan.
5. Mampu menyadar kata dan ungkapan yang usang, sehingga dipahami penonton.
6. Mampu menghadirkan lakon sesuai dengan waktu dan tempat pementasan, sehingga
suasana hakiki dapat dihayati.
7. Mampu menghadirkan image visual atau image kunci dengan dekorasi yang
menggambarkan suasana yang sesuai.

Menurut Fran K. Whitting ada tiga macam tugas utama dari seorang sutradara, yaitu: merencanakan produksi pementasan, memimpin latihan aktor, dan aktris, dan mengorganisasi produksi. Dalam hal in, sutradara bertindak sebagai artis, guru dan eksekutif.
  1. Merencanakan Produksi
Sutradara haruslah mampu menangkap pesan dan tema naskah tersebut, nada dan suasana drama secara menyeluruh juga harus dipahami. Untuk menjadi seorang sutradara, seorang harus mempersiapkan diri melalui latihan yang cukup serius, memahami akting dan memahami cara melatih akting dan memahami seluk beluk perwatakan sebagai dimensi dalam diri seorang peran.
Untuk memimpin pementasan drama besar, sebaiknya seorang calon sutradara mulai dengan berlatih memimpin drama yang sederhana, dengan latar belakang waktu masa kini yang tidak membutuhkan berbagai persiapan rumit.
Mempersiapkan calon aktor secara seksama dapat dilakukan sebelum casting ditentukan, sutradara harus mempertimbangkan secara masak dan dewasa, dari berbagai segi tentang penunjukkan aktor atau aktris. Di samping menyesuaikan dengan karakternya, baik secara psikologis, sosiologis maupun fisiologis, maka faktor kecerdasan, kemudian latihan dan faktor kepribadian calon pemimpin harus mendapat perhatian.
Untuk suatu naskah tertentu, sutradara dengan kondisi pemain yang dipilih, dapat memperkirakan beberapa kali latihan yang dibutuhkan. Dengan demikian,dapat dibuat time-schedule yang terperinci. Jika waktu pementasan sudah ditentukan, maka time-schedule ini dapat lebih bersifat pasti.
  1. Memimpin Latihan
Periode latihan dapat dibagi menjadi empat periode besar, yaitu:
1. Latihan pembacaan teks drama (reading)
2. Latihan blocking (pengelompokkan)
3. latihan action atau latihan kerja teater.
4. Pengulangan dan pelancaran terhadap semua yang telah dilatih
Latihan untuk aktor ini, berhubungan dengan pembinaan akting, blocking, crossing pemain, penyesuaian dengan teknis pentas, pemyesuaian dengan teknis pentas, dengan musik, sound system. Pembinaan aktor juga menyangkut teknik muncul, teknik menekankan isi. Teknik progresi dan teknik membina puncak.
WS Rendra mengemukakan, ada sebelas langkah dalam menciptakan peran, yaitu
1. Mengumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh sang peran dalam drama itu.
2. Mengumpulkan sifat-sifat watak sang peran, kemudian dicoba dihubungkan dengan tindakan-tindakan pokok yang harus dikerjakannya, kemudian ditinjau, manakah yang harus ditonjolkan sebagai alasan untuk tindakan tersebut.
3. Mencari dalam naskah, pada bagian mana sifat-sifat pemeran itu harus ditonjolkan.
4. Mencari dalam naskah, ucapan-ucapan yang hanya memiliki makna tersirat untuk diberi tekanan lebih jelas, hingga maknanya lebih tersembul keluar.
5. Menciptakan gerakan-gerakan air muka, sikap, dan langkah yang dapat mengekspresikan watak tersebut di atas.
6. Menciptakan timing atau aturan ketepatan waktu yang sempurna, agar gerakan-gerakan dan air muka sesuai dengan ucapan yang dinyatakan.
7. Memperhitungkan teknik, yaitu penonjolan terhadap ucapan serta penekanannya, pada watak-watak sanga peran itu
8. Merancang garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga gambaran tiap perincian watak-watak itu, diasjikan dalam tangga menuju puncak, dan tindakan yang terkuat dihubungkan dengan watak yang terkuat pula.
9. Mengusahakanagar perencanaan tersebut tidak berbenturan dengan rencana (konsep) penyutradaraan.
10. Menetapkan bussiness dan blocking yang sudah ditetapkan bagi sang peran dan diusahakan dihapaagar menjadi kebiasaan oleh sang peran.
11. Menghayati dan menghidupkan peran dengan imajnasi dengan jalan pemusatan perhatian pada pikiran dan perasaan peran yang dibawakan.
@@@
*Disampaikan pada workshop teater guru SD/MI Se-Jawa Timur, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur,  Surabaya, 24-26 Februari 2011.

Bahan Bacaan
  1. A. Kasim Ahmad, Pendidikan Seni Teater (Buku Guru Sekolah Menengah Atas), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
  2. Bakdi Sumanto, Majalah Dinding (kumpulan drama), Gama Media, Bandung, 2006
  3. Max Arifin, Teater Sebuah Perkenalan Dasar, Nusa Indah, 1980
  4. Rendra, Seni Drama untuk Remaja, Burung Merak Press, Jakarta, 2007
  5. Suyatna Anirun, Menjadi Sutradara, STSI Press Bandung, Bandung, 2002
  6. Suyatna Anirun, Menjadi Aktor, STB-Taman Budaya Jawa Barat, Bandung, 1998
  7. http://minalove.com/artikel/
  8. http://www.jendelasastra.com/artikel/

Biodata Penulis
Rakhmat Giryadi, lahir di Blitar, 10 April 1969. Lulusan Sarjana Pendidikan Seni Rupa IKIP Surabaya 1994. Selain bergiat di teater dan menjadi penulis naskah/sutradara di Teater Institut Universitas Negeri Surabaya (Unesa),  ia juga menulis cerpen, esai, dan puisi.
Karya-karyanya selain dibacakan diberbagai kesempatan, juga dipublikasikan di media massa seperti, Horison, Surabaya Post, Kompas (Jawa Timur), Jawa Pos, Radar Surabaya, Surya, Suara Merdeka, Suara Karya, Sinar Harapan, Media Indonesia, Suara Indonesia, Bende, Aksara, Majalah Budaya Gong, Majalah Budaya Kidung, dll.
Kumpulan cerpennya : Mimpi Jakarta (2006) Dongeng Negeri Lumut (2011) Kumpulan naskah dramanya : Orde Mimpi (2009), Dewa Mabuk (2010)

Selasa, 08 Maret 2011

PUISI

PERTEMUAN

Pagi itu
Bersama nyanyi  burung
Tlah kubaca garis-garis pesonamu
Akan aku rangkum dalam lembar kehidupanku
Dan ketika larut tiba
Akan aku pahat sebuah nama
Dan akan selalu kukenang
Namun, jiwa ini seolah buta
Untuk menentukan huruf demi huruf
Agar menjadi sebuah nama  

                                                210406


Namamu Misteri Bagiku
Kala malam terlalu akrab dengan sunyi
Kala pekat menawarkan kesendirian
Kala semua terlalu akrab dengan mimpinya
Aku goreskan lagi penaku
Pada lembaran-lembaran kegelisahanku
Di sini,
Mulai kueja lagi huruf demi huruf
Untuk menjadi sebuah nama
Sungguh,
Namamu misteri bagiku
Andai saja kau sudi
Membuka misteri itu
Akan kutulis pada lembar kehidupanku
Dan akan selalu kusimpan dalam jiwaku
Sungguh,
Andai saja kau rela memberikan jawaban
Akan aku tulis dengan darahku
Dan akan menyatu dengan nafasku
Sungguh,
Namamu adalah misteri bagiku

                                                Sidoarjo, 9-9-2006


Bila Esok
Bila esok masih kautemukan
Goresan-goresan kata yang lugu
Janganlah risau
Sebab aku hanya ingin
Kau tahu perasaanku saat ini

Bila esok masih kautemukan
Kumpulan kata-kata
Dalam lembaran yang kumal
Janganlah kau marah
Sebab aku hanya ingin tahu
Sebuah nama yang kaumiliki

Bila esok masih kautemukan
Bait-bait syair
Yang mungkin tidak pantas untuk disebut syair
Janganlah kau muak
Sebab mungkin aku belum akan
Pernah berhenti menulis
Sebelum aku tahu
Siapa namamu

Sidoarjo, 9-9-2006


API DALAM JIWAKU
Api dalam jiwaku sudah terlalu berkobar  
Sulit untuk kupadamkan lagi
Mungkin
Aku adalah orang yang paling tolol
Hingga tak menyadari
Pesonamu telah membakar jiwaku
Setiap embun yang menetes
Seolah menyimpan senyummu
Yang mampu menyeka kegersangan hatiku
Dan setiap kupandang sekuntum bunga
Wajahmu menjelma di situ
Tersenyum manis
Memberikan sebuah harapan
Untuk bersama menyalakan api di jiwaku .
Api dalam jiwaku sudah terlalu berkobar
Dan mungkin tidak akan pernah padam

                                                210406

KAU DALAM JIWAKU

Kemarin, hari ini, dan esok sama saja
Seraut wajah yang mempesona
Melayang di otakku
Membius jiwaku
Hingga tak kusadari
Kau sudah terlalu jauh
Menyusup ke dalam jantungku
Mengalir bersama darah di tubuhku
Kau telah menyandrai jiwaku
Hingga setiap nafas yang kuhembuskan
adalah bagian dalam hidupmu

kemarin, hari ini, dan esok sama saja
diriku tetap mengharapkan
kau hadir di depanku
tersenyum membawakan segelas embun untukku

                                                                210406
Pesonamu
Bersama rintik hujan yang tiada henti
Bayangan wajahmu mulai kugambarkan
Dalam kanvas-kanvas penantianku
Dan akan kubingkai pada kesetiaan cintaku
Di situ,
Mulai kuabadikan
Senyummu yang mempesona
Begitu hangat menusuk jiwaku

                                                Sidoarjo, 9-9-2006

LEBIH DARI ENAM DASAWARSA
Telah lebih dari enam dasawarsa
Derap langkahmu
Dan pekik merdekamu
Masih terngiang di telingaku
Semangat yang pantang menyerah
Tlah kautanamkan ke jiwaku
Untuk terus menjaga ibu pertiwi

Telah lebih dari enam dasawarsa
Engkau membebaskan ibu pertiwi
Dari jerat kolonialisme

Namun kini,
Andai engkau menyaksikan
Ibu pertiwi yang tengah sakit
Engkau akan turut meneteskan air mata
Ibu pertiwi mungkin tengah terkena komplikasi
Kadang ia batuk-batuk
Dan menyemburkan asap panas
Kadang ia muntah-muntah
Dan tak bisa dihentikan
Hingga menenggelamkan kami
Kadang rambutnya terbakar
Tanpa tahu siapa yang membakar
Atau mungkin suhu badannya terlalu tinggi
Hingga membakar rambutnya sendiri
Kini, ibu pertiwi tengah rapuh
Mungkin ia sudah terlalu tua
Hingga rentan penyakit

Sungguh,
Kami sangat malu terhadapmu
Andai ada obat
Yang bisa membuat ibu pertiwi sembuh
Dan bisa membuatnya muda kembali
Akan kami cari dimana pun adanya
Kami tidak akan pernah peduli
Walau betapa besar rintangannya
Walau harus mengorbankan nyawa
Demi ibu pertiwi
Demi keutuhan negeri
Karna semangatmu tlah menyatu dalam jiwa kami

Sidoarjo, 9-9-2006


DIRIMU ADALAH KEMBANG

Dirimu adalah kembang
Yang siap menampakkan bunga-bunganya
Setiap yang menatap
Kan selalu mengagumi keindahannya
Dan semerbak harumnya
Mampu membius setiap orang yang menghirupnya

Dirimu adalah kembang
Yang harus terjaga oleh pagar kedewasaan
Rawat dan jagalah!
Jangan sampai layu
Oleh kumbang-kumbang bertopeng
Tetaplah menjadi eidelweis
Yang selalu mekar
Dalam keadaan bagaimanapun.

24-06-06


SANG IBU DAN ORANG BERDASI 
Anak-anak yang hidup di pinggir kota
Di bawah jalan tol antarkota
Masih tetap menampakkan senyum cerah
Dan seakan tanpa beban
Mereka terpanah melihat kemegahan kota
Mereka tak pernah sadar
Bahwa ibunya tengah merana
Seakan tak mampu
Menahan bising mesin-mesin di atas jalan tol
Ia terus meneteskan air mata
Banjir pun meluap di mana-mana
Sang anak tetap nggak mau peduli
Mereka anggap itu hal yang biasa

Dan saat ini,
Ketika datang orang berdasi untuk meminang ibunya
Sang anak bersuka ria
Mereka berjingkrak-jingkrak
Bagaikan anak yang dibelikan mainan oleh bapaknya
Mereka tidak tahu bahwa ibunya semakin merana
Dan penyakitnya semakin parah
Yang mereka tahu hanya uang yang berlimpah
Mereka menyerahkan sepenuhnya ibunya
Pada orang yang berdasi
Orang yang berdasi itu mengeksploitasi sang ibu
Penyakit sang ibu semakin kronis

Akhirnya, suatu hari
Sang ibu muntah-muntah
Mula-mula semuanya tenang-tenang saja
Dianggapnya itu hal yang biasa
Wajar baru menikah
Namun, setiap hari muntahnya tak kunjung berakhir
Frekuensinya semakin meningkat
Muntahannya semakin dasyat
Semua panik
Orang yang berdasi bingung
Sang ibu muntahnya semakin menjadi
Muntahan yang berhawa panas itu pun
Tak pernah berhenti keluar dari perutnya
Seakan tak pernah habis
Hingga menenggelamkan rumahnya
Anak-anaknya tambah bingung
Mereka mau bertahan di situ tapi tidak kuat
Di samping takut tenggelam mereka juga tidak tahan
Dengan bau gas yang keluar bersama muntahan sang ibu
Mau meninggalkan ibunya
Mereka takut dicap tidak setia oleh masyarakat

Sementara itu orang berdasi
Sudah lebih dulu mengamankan diri
Seolah ingin lepas dari masalah ini
Dan biar disangka tetap bertanggung jawab
Ia pura-pura mengajak anak-anak itu pindah
Ia mengiming-imingi anak-anak itu dengan segebok uang
Bagaikan anak kecil dikasih permen
Anak-anak itu pun nurut
Dan membiarkan ibunya muntah-muntah sendiri
Sampai kini

Sidoarjo, 13-09-2006

AKULAH MATAHARI DAN UDARA

Ada mentari yang sinarnya tersapu angin
Kehadirannya membawa kehangatan
Menawarkan kehidupan pada setiap mahluk
Dan angin yang berhembus
Tersenyum menawarkan kesejukan

Aku adalah matahari dan udara
Yang mencoba
Memberikan semangat pada kembang
Untuk memekarkan dirinya
Sidoarjo, 24-06-06

BAYANGMU SELALU ADA
DI HATIKU

Hari ini
Entah karena apa
Aku mulai menggambar dirimu
Melukis wajahmu
Dalam bayangan suram perjalananku
Dan ketika matahari mulai menyembuyikan wajahnya
Kegelisahanku semakin tak terbendung
Bayanganmu mulai menari-nari di depanku

Hari ini
Entah karena apa
Setiap kulihat  kau memberikan senyummu pada yang lain
Hatiku terasa ditusuk dengan beribu jarum

Hari ini
Entah karena apa
Aku ingin menyimpan
Bayangan wajahmu
Dan senyummu akan selalu
Untukku

                                                100306


KUCARI SEKUNTUM BUNGA
                                YANG PERNAH TUMBUH DI HATIKU

Bila esok matahari masih sudi menampakkan diri
Akan aku mulai kembali perjalanan ini
Mencari dan terus mencari
Sekuntum bunga yang pernah mekar di hatiku
Aku tak tahu
Kenapa bunga yang telah mekar di hatiku
Harus tercabut dan berganti dengan bunga yang lain

Andai aku dapat mengulang perjalanan ini
Tak kan aku biarkan
Bunga itu hilang dalam hatiku
Akan kurawat dan kusiram ia
Dengan embun kasih sayang
Agar wanginya selalu tercium
Dan mengiringi setiap lanngkahku

Andai bunga itu
Mau kembali tumbuh di hatiku
Akan kurangkai sebagai bunga terindah
Dan akan kumasukkan dalam bingkai kaca cintaku
Kuabadikan dalam jantungku
Dan harumnya,
Akan selalu menebar bersama nafasku.

Bila esok matahari masih sudi menemaniku
Akan aku cari bunga yang pernah ada di hatiku
Untuk kujadikan hiasan dalam setiap langkahku
Dan selalu menyatu dalam nafasku

                                                                100306

API DALAM JIWAMU
Mengalir ..................................
Menyeruai ......................................
Menghempas tembok-tembok peradaban
Aliran jiwamu yang congkak
Merayap, menyusup ke otakku tanpa suara
Kuraih kau
Ngilu tanganku, kakiku lumpuh
Mataku pedih
Jiwamu terlalu kering bagiku
Kau panas dan keras
Menguras daya
                                                040595

Layar Kehidupan

Layar kehidupan yang ada di depanmu
Bukanlah layer keabadian
Namun hanya sekadar tawaran
Bagi dirimu
Untuk menentukan langkah

                                                Surabaya, 220997

Luka
Karena kata tak bermata
                               
                                Surabaya,  220997


Perjalanan
Jalan lurus
Tiang listrik di dekatnya
Penuh tanda tanya

Surabaya,  220997


Tuhan Telah Menegurmu

Lewat semayup suara adzan
Tuhan telah memanggilmu
Untuk meninggalkan segala kepenatan
Memalingkan muka dari keangkuhan dunia
Bersujud dan menanggalkan beban di pundak

Lewat semayup suara adzan
Tuhan telah memanggilmu
Untuk membersihkan jiwa
Menghapuskan debu-debu yang melekat di hati kita
Menghadap dan menyembah keagungan-Nya

Lewat semayup suara adzan
Tuhan telah memanggilmu
Untuk menghentikan segala permainan
Mematikan keangkaramurkaan
Beristirah dan berteduh di bawah kaki-Nya

Lewat semayup suara adzan
Tuhan telah memanggilmu
Untuk melupakan semua hiburan
Memusuhi segala kemaksiatan
Bermunajat dan berharap segala rahmat-Nya
Lewat semayup suara adzan
Tuhan telah  memanggilmu
Untuk menyingkapkan selimut ditubuhmu
Meninggalkan kenikmatan mimpi-mimpimu
Bersuci  dan memanjatkan doa mengharap ridlo-Nya

Lewat semayup suara adzan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
Adakah kau dengar?


RAHASIA DIRIKU

Lihatlah panas matahari itu
Rasakan hangatnya
Bacalah maknanya
Di situ akan kau temukan
Diriku yang telanjang
Dan penuh luka pada mukaku
Mencoba menantang kehidupan

                                Surabaya, 17 Juni 1997

OBSESI JIWA
Embun yang berbaris di pucuk pepohonan itu
Mengantarkan kita untuk melangkah
Menyusuri lorong kesejatian
Yang bermuara pada lereng kasih sayang
Di situ
Akan kupetik bunga eidelweis
Kusuntingkan untukmu
Sebagai kenangan
Agar kita selalu dapat menyapa

Kamu pernah bertanya padaku
Untuk apa kita ke sini
Saat itu aku jawab
Bahwa hidup memiliki dua sisi
Satu saat mungkin kita akan tergelincir
Dan jatuh masuk jurang
Tapi lihatlah di atas sana
Di sana telah menanti
Pemandangan yang mungkin belum pernah kita saksikan
Kita akan membuat rumah di sana
Membangun taman
Menanaminya dengan bunga-bunga kasih sayang
Lalu kita akan saling menghias

                                                Bromo, 191097



GURATAN-GURATAN DI HATI

Kemana harus kusembunyikan
Guratan-ruratan itu cukup jelas
Untuk sebuah rahasia
Aku tak pernah mengerti
Mengapa guratan itu mesti ada
Sedangkan diri telah terlampau jauh
Mencoba memolesnya
Demi sebuah keindahan

                                                Surabaya,20 Des. 1996


SAJAK BUAT BAPAK DAN EMAK
Pak,
Aku cukup tahu, Pak
Di sana kau bekerja keras
Membenting tulang, Menjemur punggung
Demi bekal anakmu
Untuk mendapatkan permata yang kauinginkan
Sementara aku, anakmu,
Belum tahu pasti di mana permata itu berada
Aku belum tahu pasti
Mampukah perahuku terus melaju mencari permata itu
Sementara dayung yang kupegang
Makin lama makin rapuh

Mak,
Malam hari aku bangun, Mak
Aku sembahyang, Mak
Dan selalu memohon agar permata itu cepat aku dapati

Di kampung sana
Aku harap emak juga begitu
Selalu terjaga di malam hari
Dan selalu memohon pada Tuhan
Agar aku mampu mendapat permata-permata itu.
Kelak bila semua telah kudapat
Akan aku bawa pulang permata-permata itu
Dan akan aku bagi-bagikan
Untuk Emak
Untuk Bapak
Untuk saudara-saudaraku
Untuk masyarakat di sekitarku
Doakan Pak, Mak
                                                Ketintang, 20 November 1995



KEPADA YANG TERHORMAT ANGIN

Kepada yang terhormat angin
Dengan segala kerendahanku
Ijinkanlah aku belajar tentang kejujuran padamu
Bukan seperti mereka
Yang mengatakan harum pada atasan
Dan mengatakan busuk pada jelata

Kepada yang terhormat angin
Ajarkanlah aku untuk dapat bersuara
Tanpa harus menunjukkan wujudku
Sebab aku takut
Bila akuberbicara tentang kejujuran
Tubuhku akan dilindas

Kepada yang terhormat angin
Ajarkanlah padaku tentang
Bahasa diammu
Yang meskipun tanpa kata
Orang-orang  telah mengerti maksudnya

                                Surabaya, 16 Februari 1998


SENJA DI PINGGIR SUNGAI
DI BUMI PERKEMAHAN MONTONG

Hiruk pikuk suara permainan anak-anak
Di pinggir sungai Montong
Mereka begitu lepas
Mereka begitu dekat, akrab, dan bersahabat
Meski kadang saling serang
Aku termenung
Melihat keakraban mereka
Pikiranku melayang
Menembusi tembok-tembok kenanganku
Aku terseret dalam kenangan 12 tahun silam
Saat itu kita juga dekat dan akrab
Sangat akrab bahkan
Kita bermain air
Saling mengguyur, berkejar-kejaran
Dan pada akhirnya kita kecapaian
Lalu kita duduk berdua
Di atas sebongkah batu
Berbicara dari hati ke hati
Kicau burung dan gemercik air
Tak kuasa menganggu pembicaraan kita
Malah jadi ornament alam yang sangat mendukung
Kita terus berbincang
Sampai kita tidak sadar
Teman-teman telah kemballi ke tenda masing-masing
Kita tetap berdua
Di atas batu
Di tengah sungai
Menikmati lembutnya sentuhan air
Dan sejuknya hembusan angin
Saat itu begitu indah
Seindah sore ini
Tapi sayang
Kau tidak di sini
Bersama-sama menyaksikan potret kita berdua
Potret kita yang mungkin sengaja
Diabadikan oleh alam
Aku hanya bisa tersenyum sendiri
Sambil diam-diam kucari kamu
Di antara hiruk pikuk anak-anak
Aku berharap kau ada di antara mereka
Lalu tersenyum
Mengajakku bermain air di sungai
Seperti dulu
Lama sekali aku menatapi wajah demi wajah
Namun tak ada kau
Dimana kamu …..
Kenapa kau tak ada
Saat potret kita dihamparkan di depanku
Kenapa aku harus menyaksikan sendiri
Kenapa kau biarkan aku menapaki kenangan ini sendirian
Atau memang kau sudah tak peduli
Atau  mungkin
Kau sudah tak mengenali potret kita ini
Senja di pinggir kali
Di bumi perkemahan montong
Kini cukup indah
Sayang kau tak di sini menemaniku.

REINKARNASI
Telah lama kau tercabut dari hatiku
Melayang
Meninggalkan dahan yang telah bersemi
Dan jatuh entah dimana
Telah lama aku menutup
Bekas-bekas yang kau tinggalkan
Dengan embun kesetiaan
Yang menetes dari daun-daun kasihku
Hingga bekasmu telah sirna
Namun kini
Entah kenapa
Kau mulai tumbuh dengan warna berbeda
Begitu samar dan tak kuhiraukan
Meski hatiku sempat mengakui
Kau telah lahir kembali
Berdiri tepat di depanku
Namun aku selalu mencoba untuk menepisnya
Dan tanpa aku sadar
Kau terus tumbuh
Menancapkan akar di hatiku
Begitu kuat……
Perlahan tapi pasti
Kau muncul di depanku
Dengan warna dan aroma yang sama
Namun berbeda dalam penampilan
Kau lebih segar, lebih hidup, dan lebih punya harapan.
Kau tidak pantas ada di sini
Di hati yang telah mulai mengering dan tandus
Biarlah kucabut dan kutanam
Di taman kasih sayangku
Akan aku jaga dan kusiram selalu
Agar selalu mekar
Dan menjadi bunga yang paling indah
Hingga pesonamu akan mampu menghiasi hatiku
Memberikan kedamaian dalam langkahku
Kau akan selalu ada di hatiku
Namun bukan untukku

                                290808


PENIPU RAKYAT

Di sana sang berapi memuntahkan larva,
dan di sini hatimu hampa,
entah bagaimana bentuknya
karena apapun, toh kuyakin yang kau miliki tak berisi
serupa otakmu yang bolong
kebanyakan omong...
kosong...

semalam hujan tak berhenti,
entah apa kau masih kedinginan
di balik selimut kulitmu yang berlemak
menimbun onak...

yang pasti di sini mereka sampai membeku
diguyur hujan airmata
yang membasahi bumi ibuku...
kehilangan sanak famili,
sementara kalian sibuk bersafari...

sepertinya kemarau memang sedang bersembunyi,
entah ia memilih sungai atau lorong yang sepi?
karena tak kutemuinya beberapa pekan ini

saat gunung-gunung bergolak,
saat darah dalam tubuh menggelegak,
melihat tingkah mereka yang kocak,,
justru rinai menambah duka
yang merajalela bersama larva
dan banjir nestapa
yang entah kapan ujungnya...

aku ingin mengerti mengapa begitu banyak keganjilan
dalam runtutan adegan kesedihan,
namun bahkan mereka yang tak merasa berdosa pun
tak sanggup memberiku jawaban

apakah aku harus bertanya pada para  pendusta
yang membusungkan dada
dengan kepala bercula dua,
yang menutup mata
melenggang di negeri tetangga?

bahkan mungkin mereka tak pernah membaca
berita tentang datangnya sangkakala
yang akan nyaring terdengar di akhir dunia
apakah suaranya masih bertalu?
bagi mereka yang kupingnya tlah dungu?

adakah benar mereka akan diterbangkan serupa anai-anai..??
sehingga kini masih dibiarkan terbuai?
dan Tuhan tidak akan menutup mata
bagi mereka yang buta

dan biarlah kini,,,
puaslah diri,,,
sombongkanlah hati,,,
busungkan dada tinggi-tinggi,,,

toh neraka konon tercipta begitu luasnya,,
sebagai pengganti
jika kelak kantormu kan miring beberapa senti
atau sampai tak muat lagi...
datang saja,,,
datang saja...






HIDUPKU
Hidupnya hidupmu tak kumengerti
Hingga hidupku pun tak kau tahu
Walau ku tahu kau ingin tahu hidupku
Kau dan aku tak hidup satu kehidupan

                                                Surabaya, 17 Juni 1997


KEMBALIKAN PADA KEYAKINANMU
Tlah kubaca jeritan hatimu
Lewat sinar yang terpancar di matamu
Jeritan itu teramat pedih
Menggores perasaanku

Tlah kurasakan getar kegelisahanmu
Lewat senyum yang kau kulum di bibirmu
Getaran hatimu begitu keras
Hingga tak mampu terbendung
Dan keluar bersama senyummu

Tlah kupahami kusutnya anyaman akalmu
Yang terlukis dalam gerak langkahmu
Hingga tanpa sadar
Hidupmu terlalu jauh menyimpang.
Maka,
Cobalah tengok ke belakang
Bacalah jejakmu
Pilih dan tentukan
Ke arah mana kau melangkah
Ke situlah keinginan hatimu.

                                Surabaya, 22 September 1998



NASKAH SEORANG MUSYAFIR
YANG MENGGANTUNGKAN TONGKATNYA             
Kusimpan naskah ini
Untuk adikku yang akan lahir
Mungkin dengan naskah ini
Ia akan mengerti dunia seorang musyafir
                                                                170997/08.05
                                                                Ketintang, 17 Sep 1997



AIR MATA BURUNG YANG TAK BERDAYA
Sayap burung yang bertengger di atas kita itu
Telah lama patah
Ia meneteskan air matanya
Dan tanpa sadar kita telah tenggelam
Dalam lautan air matanya
Namun kita malah terbahak dan membuat luka lain
Di tubuhnya.

                                                Surabaya, 17 September 1997

BILA AKU MENEGURMU ADIKKU
 Bila aku menegurmu adikku
Tak usah kau mengeluh
Sebab itu akan membuat kau semakin dewasa
Bila aku menegurmu adikku
Tak perlu kau kecewa
Sebab aku hanya ingin kau melangkah
Bila aku menegurmu adikku
Tak perlu kau menyesal
Sebab pelajaran hidup bermula dari situ
Langkahkan kakimu
Gerakkan jemarimu
Tak kau lihatkah mentari pagi yang bersinar cemerlang
Memberi harapan baru bagi kita?
Bila aku menegurmu adikku
Bukannya aku memarahimu
Ini sapaan sayang
Jawablah dengan kasih
Karena persaudaraan tidak pernah ada
Tanpa adanya kasih sayang
                                                Sidoarjo, 30 Februari 2000

LAMUNAN
Satu lagi pertanyaan
Yang berhasil menyusup dalam benakku
Mampukah tumpukan buku-buku
Di atas meja belajarku dan deretan buku
Di almariku memenuhi otakku
Atau bahkan akan menjadi
Penyumbat jalannya pikirku?
: Andai dapat kuubah buku itu menjadi cairan ilmu
   Akan kumasukkan lewat ubun-ubunku
                                                                Ketintang, 8 Des.1996


SUARA

Terdengar lagi olehku
Suara-suara itu jauh di bawah sadarku
Memanggil-manggil penuh belas kasih
Menyayat dan memilukan
Suara yang pernah kudengar
Ratusan tahun lalu
Kini datang lagi dengan nada yang berbeda
Dengan suara yang berat menahan derita
: Ini karena tangan saudaramu
                                                                Ketintang, 8 Des 1996


BALADA SI TUA
Dalam keramaian pasar
Di bawah terik matahari
Si tua bertubuh kurus
Penuh borok di mukanya
Matanya buta pula
Berjalan dengan tonngkat tanpa alas kaki
Ia terbawa oleh sesak arus manusia
Ia berjalan sempoyongan tanpa tujuan
Sesekali ia terhuyung, terdesak orang disekitarnya
Ia berusaha menepi dan keluar
Dari arus yang membingungkan itu
Namun usahanya sia-sia
Ia terjatuh, terinjak, tongkatnya hilang
Ia meronta, orang lain acuh
Aku mendekati dan menolongnya
Namun gelobang manusia itu menghalangi langkahku
Aku terus mencoba mendekatinya
Dengan susah payah
Aku sampai
Tapi yang kutemui tinggal tubuh
Yang tak bergerak
Aku hanya bisa bergumam
: Kasihan si tua yang lemah
  berada di tempat yang keras seperti ini
                                                                Surabaya, 8 Des 1996


JARUM-JARUM SETAN
Bermilyar jarum-jarum setan
Menghujam perut bumi
Terdengar suara menjerit bersautan
Pilu
Air mata mengalir pada sela-sela tubuhnya
Di antara bulu-bulunya
Darah pun tak terbendung lagi
Mengalir
Hingga sampai ke sungai
Berubah malapetaka

Jarum-jarum setan itu
Kini pun menghujam tubuhku
Ngilu, pedih, menyayat
Lukaku semakin menganga
Oh ……
Jarum-jarum itu masuk ke tubuh
Menyayat-nyayat jantungku
Jantungku kini tak bergerak
Kaku …….
                                100397



MARRY CRISTMAST AND HAPPY NEW YEAR
Buat Dian di Kediri
Gerimis yang menggigil di bulan Desember
Buknlah lambang hati yang kelam
Namun semata
Rahmat Tuhan yang diturunkan-Nya
Lewat Natal
Bersama gerimis itu pula
Ingin aku merangkaikan kata
Buat kau
Dan akan selalu terkenang
Saat salju mulai turun di akhir tahun
: Marry cristmast and happy new year

                                                Kediri, 1 Desember 1997



GERIMIS DESEMBER
                                                Buat Dian Kediri

Di sini
Mulai kugambarkan
Bayangan wajahmu yang elok
Tersenyum di bawah pohon natal
Dan jiwamu yang polos
Mulai membangun harapan
Bersama salju kapas putih
Saat ini,
Bersama gerimis Desember ini
Kuuntaikan kata-kata dalam bait syair
: marry christmast and happy new year for you

                                                                Kediri, 1 Desember 1997



CINTA
Terlukis di sinar matahari
Yang selalu berseri
Tergantung di wajah rembulan
Yang tak pernah muram
Terbungkus dalam lembar kehidupan
Yang selalu tersimpan
Terpotret di dalam hati
Yang tak pernah mati
Cinta, selalu hidup walau tubuh telah hancur
                                                Perjalanan ke lombok 170997/08.07


KUTABUH GAMELAN ITU
SAAT HATIKU HAMPA
Kutabuh gamelan itu
Bagai air laut yang tertiup angin
Suaranya mengalun
Mengisi kehampaan hati
Walau sempat aku bertanya
Gamelan itu kutabuh karena apa?
                                                Perjalanan ke Lombok 170997/07.58



Kumbang Pencari Keindahan

Kaulah kumbang pencari keindahan
Terbang kesana kemari
Hinggap pada kuncup mawar
Ia tahu mawar belum mekar
Namun ia tetap hinggap di situ
Menanti keindahan dari Sang mawar

Dan, saat ia menanti
Di sampingnya ada melati yang sedang mekar
Ia tertarik
Ia terbang dan hinggap pada melati yang sedang mekar
Tak lama melati pun layu
Mawar yang tadi masih menguncup
Kini mulai mekar
Kumbang tak bergairah lagi pada melati
Ia melirik mawar
Mawar semakin merekah
Seolah ingin menggoda Sang kumbang
Kumbang pun tak tahan
Ia terbang dan hinggap
Pada mawar yang pernah ditinggalkan
Melati kini merana
Kumbang tak akan pernah peduli
Karma ia sang pencari keindahan

                                Sidoarjo, 140206



SYAIR PENGAMPUNAN

Tuhanku
Tidaklah aku pantas
Jika aku  menjadi  penghuni surga firdaus
Pun tidaklah kuat
Jika aku kau campakkan
Ke dalam neraka jahim.

Maka ampunilah kesalahanku
Berikan petunjuk-Mu
Terangilah gelap jalanku
Berikan cahaya suci  ruh-Mu
Kuatkanlah iman di hatiku.

Tuhanku
Dosaku kian hari kian bertambah
Laksana butiran – butiran pasir di lautan
Laksana bukit dan pegunungan
Sementara umurku kian berkurang

Maka terimalah taubatku

Tuhanku
Tidaklah aku kuat menghadapi maut
Tanpa rahmat dan lindungan-Mu
Tidaklah aku ikhlas menjalani
Segala coba-Mu
Bila tanpa karunia-Mu

Tuhanku
Lalaiku bagai bintang – bintang
Di langit
Berjuta – juta bahkan bermilyar – milyar
Laksana gerai rambut
Banyak pula kesombonganku

Maka berikan pengampunan
Padaku
Kuatkan jiwa lemahku
Berikan cinta-Mu yang kudus di hatiku




TIDAK ADA YANG DAPAT AKU BERIKAN

Tidak ada yang dapat aku berikan padamu sayang
Hanya cerita tentang bukit
Agar kamu memahami
Betapa hidup penuh perjuangan
Tidak ada yang dapat aku berikan padamu sayang
Hanya cerita tentang laut
Agar kamu dapat memahami
Betapa hidup penuh kesejukan
Tidak  ada yang dapat aku berikan padamu sayang
Hanya cerita tentang padang rumput
Agar kamu dapat memahami
Betapa hidup penuh cinta kasih
Tidak ada yang dapat aku berikan padamu sayang
Hanya cerita tentang kehidupan
Agar kamu dapat memahami
Betapa kamu perlu tahu hidupku


MALAM INI

Malam ini
Aku datang
Mencoba mengetuk pintumu
Malam ini
Ingin kubacakan sebait syair
Yang kutulis pada lembaran hati yang gersang
Mengharap siraman jari-jari lentikmu
Malam ini
Ingin aku mengajakmu berbincang
Tentang kita dan kehidupan
Agar kita tidak pernah lupa
Tentang hidup yang kita impikan
Malam ini
Dengan segala kepolosanku
Ingin aku katakan
Kau dan aku harus selalu bersama
Membangun benteng
Membuat pagar
Menghias rumah dengan bunga-bunga
Menjadikan istana bagi kita
Malam ini
Adalah malam keinginanku untuk bertemu


BILA ESOK

Bila esok
Matahari enggan menyapamu
Jangan kau bersedih
Karna itu bukan berarti
Dia tidak merindukanmu
Bila esok
Mendung masih menyelimuti cakrawala
Tak usah hatimu murung
Karna itu bukan berarti
Dia ingin menghalangimu
Bila esok
Angin tak mau bicara tentangku
Janganlah kau marah
Sebab aku hanya ingin tahu
Sampai di mana kau mampu menahan rindu


MENCARI

Aku mencari senyummu
Di dalam bayang yang mengikuti
Langkahmu
Langkahku tertati menanti angin kesegaran
Tertiup dari kedua bibirmu
Bibir manis, bibir mungil, bibir harum, bibir sang betinaku
Ku raba-raba ragaku raguku diriku  dapatkan dirimu
Musuhku sekarang karang mengeras mengangkang
Menghalangi langkahku mendekatimu


BAHASA DIAMKU

Ketika angin mengetuk dinding kamarku
Ketika pekat menyelimuti langitku
Ketika sunyi memojokkanku dalam kesendirian
Aku lantunkan namamu
Pada gumpalan-gumpalan kerinduan
Aku lukiskan wajahmu
Pada kanvas-kanvas kesepianku
Aku tuangkan sahdu lagumu
Pada gelas-gelas kegelisahanku
Akan kupeluk kau dalam tidurku
Dan andai kau tahu bahasa diamku
Akan mengerti kau tentang isyarat angin
Yang membawa kegundahanku
Kegundahan anak manusia
Dalam bahasa diam

PINTU
Sebenarnya, aku tak pernah memintamu mengetuk pintu
daun telingaku terlalu peka,
dan nuraniku bukan batu
yang  hanya akan bergeming saja?
Aku tak pernah memintamu masuk ke pelataran,
 lantaran,
 sudah kubuntu rapat seluruh jalan
 Namun kau masih memaksa
 meski kau pun tlah saksikan bagaimana
 aku menutup daun jendela.

Sebenarnya, aku tak berkenan menerima tamu,
siapapun,
 karena hatiku sedang tiduur,
dan suara pintu diketuk terlalu menarik
 bagi hatiku yang tergelitik.

Lantas, apa kemudian jadi salahku,
 jika kubuka segenap pintu,
meski kutahu telah reyot dan berdebu?
Bukankah dirimu pun tahu?
Mengapa masih pula mengetuknya?

Pergilah, jika memang tak jadi masuk...
Karena akan kembali kututup segala pintu dan jendela...
Dan kelak jika kau rindu,
 Loncat saja...

DALAM CINTA SEGALANYA BERUBAH RUPA

Tak perlu mengingkari perang
Karena aku telah tertawan
Dalam tenggorokan yang seakan tersumbat

Aku tak tahu apakah pesonanya yang memikat
Atau akalku yang tidak lagi ada di tempat

Kebahagiaan hatiku hari ini menjadi  derita
Terikat dan terbelenggu karenanya

Nasihat dari siapapun tidak akan berguna
Karena cinta bukan semacam limpahan air yang dapat dibendung seseorang
Karena cinta adalah penyakit yang menyusup, memperbudak dan menguasai secara paksa
Dengan begitu cinta adalah bagian dari kegilaan
Karena dia mampu menutupi akal

Cinta hidup,  berjiwa , bagai obor  layaknya
Demi cinta yang melahap , menjilat – jilat  darah ini
Darah di piring  anjing – anjing cinta
Karena dalam cinta segalanya berubah rupa

Namun cinta bukan karena keindahan yang tampak di mata
Tapi karena yang menyatukan hati  dan jiwa
Tiada seorang yang berpegang pada pikiran akan tahu pesona yang melambungkan hati mereka
Yang terbebas dari ikatan pikir
Karena ternyata jalan – jalan ruh ditubuhku telah diselusupi cinta

CERPEN: SEPOTONG SAJAK BUAT VINA

SEPOTONG SAJAK BUAT FINA
Hari  itu masih teramat pagi. Matahari pun belum berani menampakkan Wajahnya. Namun pagi itu Pak Usman telah sampai di kantor tempat dia bekerja.  Yah ... di pagi yang masih terlalu awal itu pak Usman sudah sampai di halaman sekolah. Sebagai seorang guru yang profesional, Pak Usman hampir tidak pernah terlambat masuk kelas. Apalagi hari ini adalah hari Rabu. Hari yang pada jam pertama dia harus masuk ke kelas XI IPA3. Kelas yang bagi dia merupakan kelas yang istimewah. Kelas yang di dalamnya terdapat seorang siswa yang mampu menggetarkan hatinya. Kelas yang membuat dia harus mampu membedakan dirinya sebagai seorang ‘Bapak’ yang harus membimbing, membina, menjaga, sekaligus memotivasi siswanya untuk maju dengan dirinya sebagai seorang lelaki normal yang menginginkan seorang pendamping hidup. Yah... Pak Usman adalah salah satu dari lima guru yang masih bujang di SMA Negeri 17 Lamongan.
Pagi itu adalah pagi yang cukup indah dan sekaligus merisaukan bagi Pak Usman. Di satu sisi pagi ini adalah pagi yang rencananya Pak Usman akan menuliskan sebait puisi buat Fina. Sebait puisi yang merupakan balasan dari puisi yang telah ditulis oleh Fina. Puisi yang di bagian akhirnya tertulis inisial Cindy C.. Dan, memang itulah nama pena dari Fina (Firzal Nailah Azuhrah). Tidak ada yang tahu mengapa Fina memakai nama itu, tapi bukan sebuah rahasia lagi bahwa Cindy C. adalah nama Penanya. Di setiap karyanya dia selalu mencantumkan nama itu. Namun, di lain sisi, pagi ini adalah pagi yang cukup indah karena pagi ini adalah pagi yang mampu melipatgandakan semangatnya untuk menyampaikan materi pelajaran. Pagi ini Pak Usman akan masuk ke kelas XI IPA3. Dan, itu artinya dia akan bertemu dan bisa melihat Fina dari dekat meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa setiap dia masuk ke kelas tersebut perasaannya selalu berada dalam persimpangan. Dua pilihan perasaan yang teramat sulit ditentukan ketika dia berdiri di depan kelas. Dia tidak kuasa menentang statusnya sebagai orang tua yang harus ‘ngemon’ , membimbing, melindungi, mengarahkan dan sekaligus memberi motivasi siswanya untuk berprestasi. Selain itu, dia juga tidak mampu membohongi dirinya bahwa dia adalah seorang lelaki normal yang memiliki hak untuk menyukai lawan jenisnya tanpa terkecuali siswanya sendiri, FIRYAL NAILAH AZZAHRAH (FINA). Ya.... gadis pendiam namun selalu aktif dalam setiap kegiatan itu secara diam-diam telah mampu menyusup dalam lembar kehidupan Pak Usman. Tidak hanya cantik, tetapi gadis yang berperawakan tinggi dan berkulit bersih ini juga memiliki kepandaian yang cukup bisa dibanggakan. Tidak ada seorang guru pun yang meragukan itu karena dia adalah runer up Yak Yuk Kabupaten Lamongan tahun lalu. Namanya selalu menjadi buah bibir di ruang guru. Ini juga yang dulu membuat Pak Usman penasaran ingin mengetahui gadis yang bernama  FIRYAL NAILAH AZZAHRAH.
Setelah tahun ajaran baru, kebetulan Pak Usman mengajar di kelas yang FIRYAL NAILAH AZZAHRAH berada di dalamnya, yaitu kelas XI IPA3. Dan, ketika kali pertama masuk ke kelas tersebut, yang dicari pertama kali adalah FIRYAL NAILAH AZZAHRAH (FINA). Tidak bisa dipungkiri, gadis inilah yang membuat Pak Usman merasa ada sesuatu yang berbeda di hatinya sejak pertama dia melihatnya. Dan, sejak pertama bertemu itulah Pak Usman selalu ingin mengetahui lebih dalam tentang diri Fina hingga suatu ketika Pak Usman yang guru bahasa Indonesia itu memberi tugas kepada siswa kelas XI IPA3 untuk membuat sebuah puisi. Pak Usman memerintahkan siswanya untuk mengungkapkan isi hati lewat sebuah puisi. Para siswa diminta untuk menuliskan apa yang mereka pikirkan saat ini melalui sebuah puisi. Setelah semua tugas terkumpul, di rumah, Pak Usman membaca hasil karya siswa-siswanya satu per satu. Ketika dia membaca puisi yang di bagian bawahnya tertulis nama Cindy C. dia tertegun. Dia ingat bahwa Cindy C. adalah nama pena dari Fina. Lalu dia membacanya lebih dalam

"Pintu"

Bagiku, hati bagaikan sebuah rumah.
Yang berpintu, agar kita punya jalan untuk keluar dan memasukinya.
Sejak dulu aku bilang, pintu hatiku senantiasa kututup rapat,
tapi tak  berarti tak bisa dibuka, bukan?
bahkan kau pun telah mencoba dan nyaris berhasil membukanya.
Sebenarnya aku tidak trauma untuk membuka pintu hatiku kembali.
Bahkan, sangat mudah aku membukanya jikalau kau tahu caranya.
Tak perlu banyak syarat, cukup ketuklah ia dengan sopan dan dengan ketulusan.
Tak perlu banyak perjuangan, hanya sepenuh kesetiaan dan kesabaran
Karena maklumilah, aku pernah, dan sering tertipu dalam membuka pintu.
Seringkali orang datang mengetuk pintuku, dan saat kubuka mereka justru kabur meninggalkan aku yang telah terlanjur ramah menyambut kedatangannya.
Wajarlah, bila kemudian timbul kecewa, bahkan saat adegan itu terjadi berulang-ulang terhadap "pintu" milikku.
Maka, bersabarlah, karena aku senantiasa berusaha untuk bisa membuka pintuku lebar-lebar.
Aku tak pernah jahat, buktinya aku tak pernah mengusirmu,kan?
Itu juga salah satu tanda bahwa aku mau berusaha membuka kembali pintuku untukmu
Membuka grendel dan gembok yang dulu kukancing rapat-rapat.
Sekali lagi, hanya ketlatenan dan kesabaran yang aku butuhkan.
Karena rasa trauma itu susah untuk hilang.
Tapi aku percaya, susah itu bukan berarti tidak bisa,kan?
dan aku berharap kau mengerti.
Lebih dari itu, aku berharap, sangaaatt,,,sangaattt,,,dan sangat,,
bahwa kaulah yang benar membawa kunci duplikat untuk membuka pintuku, dan penuh kesabaran betah berdiam selamanya di sana.
Sebab, jika tidak, atau jika kau sudah tak sabar dan meninggalkanku,
maka aku tak yakin, apakah pintuku masih bisa dibuka lagi?
Karena jika benar kau menyerah kali ini, gembokku pasti akan terus terkunci dan berkarat,
Sehingga pintuku, akan selalu tertutup, dan tak akan pernah terbuka lagi.
                 Cindy C.

Dia mencoba memahami kata-kata yang ditulis oleh Fina dalam setiap barisnya. Lalu dia menemukan sebuah makna yang teramat dalam. Dia melihat bahwa Fina telah benar-benar mencurahkan isi hatinya lewat puisi tersebut. Lalu, Pak Usman menyimpulkan secara sepihak bahwa puisi tersebut benar-benar telah ditujukan padanya. Hatinya tidak tenang. Dia ingin segera memberikan balasan puisi tersebut.  Lalu dia mencoba menyusun kata-kata dalam selembar kertas. Setelah selesai kertas tersebut kemudian di lipat dan dimasukkan ke saku bajunya yang besuk di hari Rabu akan dipakai untuk mengajar.
Hari Rabu pun tiba, pagi sekali Pak Usman sudah ada di Ruang guru. Dia duduk di kursinya. Pikirannya tak tenang. Hatinya gelisah menanti pertemuannya dengan Fina. Perlahan dia bangkit dari duduknya. Kemudian berjalan menyusuri lorong-lorong kelas. Semuanya masih sepi. Dia terus melangkahkan kakinya menyusuri lorong kelas. Kelas X1, X2, X3,. Melewati kamar mandi X6, X7, X8,. Berhenti sejenak di depan sanggar teater. Mengamati taman yang ada di depan sanggar. Dia melanjutkan berjalan. Melewati XI IPA1, XI IPA2, dan akhirnya sampai di XI IPA3. Dia tertegun. Semuanya sepi. Tak ada suara. Tak ada orang. Tak ada bangku. Tak ada meja guru. Tak ada kursi. Hanya ada satu cahaya putih. Dia mencoba masuk ingin mengetahui apa yang ada di dalamnya. Dia terus melangkah..... melangkah.... dan terus melangkah..... hingga jauh.... jauh ..... dan jauh .....  meninggalkan semuanya. Meninggalkan ruang guru. Meninggalkan lorong-lorong kelas. Meninggalkan sanggar teater.  Meninggalkan kelas XI IPA3. Meninggalkan Fina. Meninggalkan semua kenangan. Meninggalkan sebuah tulisan di selembar kertas  yang berada di dalam saku bajunya. Di ruang guru, semua ribut. Semua berkomentar. Lalu semua menitikkan air mata. Tanpa ada penjelasan apa-apa, tubuh Pak Usman tertidur pulas untuk selamanya di atas kursi dengan kepala tertelungkup di atas meja dan hanya meninggalkan sebuah catatan

KERAGUAN MENGHAMBATKU

Bagiku, hatiku bagaikan seorang musyafir
dalam perjalanan panjang yang kehabisan bekal.
Tenggorokkanku juga sudah merindukan setetes air.
Sementara wajahku sudah penuh dengan luka bahkan mungkin sudah bernanah.
Mana mungkin aku akan memberanikan diri untuk memasukki pintumu
Yang terbuat dari marmer berlapis permata
Bahkan mengetuk pun aku masih ragu.

Sebenarnya aku sangat berharap bisa masuk ke dalam ruang di balik pintu itu.
Dan aku juga sudah dapat membayangkan betapa damainya tinggal di sana.
Aku yakin aku akan betah untuk tetap di situ selamanya.
Namun, ketika kaki ini mulai mendekat,
tiba-tiba keraguan menyeretku untuk bersembunyi di balik semak.

Memang, aku akui, aku pernah bahkan beberapa kali mengetuk pintumu.
Namun, setelah kuketuk pintumu, rasa ragu selalu kembali menyeretku
Dan sembunyi di balik semak.

Maafkan aku.
Bukannya aku kabur atau melarikan diri atau bahkan meninggalkanmu
setelah kau membukakan pintumu lebar-lebar untukku,
tapi semata-mata karena keraguanku yang selalu menghalangiku untuk dapat masuk
dan  berdiam diri dalam ruang di balik pintu itu.

Tapi, tidak berani bukan berarti tidak mau, kan?
Maka tunggu sajalah.....
Aku akan berusaha sekuat tenaga mengumpulkan keberanianku untuk menentang keraguan itu.
Aku akan mencoba memasuki pintumu.
Dan aku sangat tidak menginginkan gembokmu akan berkarat karena aku yakin
akulah yang membawa kunci duplikat pintumu.
Tunggulah aku.......
                             To: Cindy C. (FINA)

                                    USM.